Sampai juga pada hari keempat. Bahasan topik Fitrah Seksualitas makin hari makin tajam. Kali ini dibawakan oleh Kelompok 5 Kelas Bunsay Sumatera 1 dan dimoderatori oleh Bunda Rizki.
Seseorang dikatakan telah baligh bila:
1. Telah mengalami mimpi basah bagi laki-laki
2. Mengalami haid bagi perempuan.
Aqil baligh berarti seseorang telah mencapai tahap kedewasaan serta memiliki akal sehat, sehingga secara syariat telah mendapatkan kewajiban utk melaksanakan perintah agama.
Tahapan pendidikan aqil baligh
A. Pre aqil baligh 0-7 tahun
Mengenalkan Allah dan menikmati kebesaran-Nya (fitrah keimanan), ajak anak kaya wawasan dengan menginspirasi, mengenalkan, mengencourage dst terutama pengajaran tutur bahasa dan explore alam (fitrah belajar), mengexplore bakat anak dengan mengajak anak melihat berbagai profesi/bakat (fitrah bakat), dan mengikuti pola Rasulullah dalam menguatkan fisik anak seperti pola makan, tidur dll (fitrah perkembangan).
B. Pre aqil baligh 8-10 tahun
Latihan dan pembiasaan melakukan kewajiban syar’i melalui keteladanan (fitrah keimanan), intelectual curiosity contohnya dengan project based learning atau experimental learning (fitrah belajar), mengenalkan beragam aktivitas untuk menemukan minat dan bakat anak agar kenal diri (fitrah bakat).
C. Pre aqil baligh 11-14 tahun
Fase latih dimana wawasan dan gagasan berubah menjadi pendalaman potensi dan aksi.
D. Aqil baligh >15 tahun.
Anak sudah menjadi individu dewasa yang memiliki peran khalifah fil ardl, memikul kewajiban syar’i, tanggung jawab sosial dan mengusung visi peradaban.
Aqil Baligh dalam Islam
Dalam sejarah Islam tercatat nama-nama pemuda yang tangguh sebagai contoh bahwa aqil dan baligh adalah sesuatu yang seharusnya muncul bersamaan. Berikut nama-namanya:
1. Rasulullah SAW
2. Usamah bin zaid Panglima berusia 18 tahun
3. Zubair bin Awwam masuk islam usia 15 tahun
4. Thalhah bin Ubaidillah Memiliki kelebihan salam strategi berdagang, 16 tahun mendapat gelar Syahid yang Hidup
5. Zaid bin Tsabit Penulis wahyu, 13 tahun
6. Sa’ad bin Abi Waqash, 17 tahun, orang ketiga yang masuk islam, pahlawan qadisiyah, pembebas madain
7. Umair bin Abi Waqash Pahlawan kecil pada perang besar (Perang Badar)
8. Muhammad Al fatih, Menaklukkan Konstantinopel pada usia 22 tahun
9. Imam Syafii, Menjadi mufti pada usia 17 tahun
Faktor yang menyebabkan Aqil dan Baligh pada anak terjadi tidak bersamaan
1. Faktor Lingkungan
Sebuah Journal Psikologi tahun 2009 menyebutkan bahwa penyebab penyimpangan perilaku generasi muda adalah karena lambatnya pengakuan sosial pada kedewasaan mereka. Di Amerika, bahkan kecenderungan seorang dianggap dewasa ketika berusia 26 tahun. Misalnya disebut dewasa kalau sudah lulus kuliah dan bekerja. Di masyarakat modern, jarang ada yang mau menerima anak-anak berusia 14-16 tahun dalam sebuah peran-peran di sosial masyarakat.
Lingkunganlah yang menyebabkan kedewasaan itu melambat dan terhalang. Konsep sosial masyarakat kita membuat pembatasan-pembatasan yang tidak berlandaskan fitrah perkembangan manusia. Mengapa anak-anak remaja susah diatur, melawan, suka pulang malam, menginap di rumah teman dan lain-lain itu karena sejatinya mereka telah menjadi dewasa. Bukankah orang-orang dewasa tidak suka diatur? Karena orang dewasa itu pada galibnya suka mengatur dirinya sendiri. Tanpa kita lakukan apapun, anak-anak akan menjadi dewasa pada waktunya, itu fitrah Allah.
2. Sistem persekolahan Modern
Dalam masyarakat yang menyerahkan anaknya pada persekolahan modern, sulit untuk melahirkan generasi aqil baligh. Sistem persekolahan yang ada telah mensegregasi anak-anak menjadi kelas-kelas sosial yang seolah-olah telah baku.
Menurut seorang pakar psikolog Muslim, bernama _Malik Badri_ dalam buku beliau yang terkenal dan banyak diterjemahkan adalah *Dilema Psikolog Muslim*, mengatakan penjenjangan toddler, kids, teenager, adults dengan masing-masing punya tahap awal, tengah dan akhir, bukan berasal dari landasan ilmiah. Itu hanya pengamatan psikolog barat terhadap masyarakat mereka, yang kemudian diadopsi menjadi jenjang persekolahan.
Malik Badri mengatakan bahwa Islam hanya mengenal dua periode kehidupan di dunia, yaitu sebelum aqil baligh dan sesudah aqil baligh. Baligh adalah kondisi tercapainya kedewasaan secara biologis. Kalau anak pria, biasanya suara membesar, tumbuh jakun, mimpi basah dan sebagainya. Kalau anak wanita ditandai dgn menstruasi, buah dada membesar, dan seterusnya. Kondisi baligh dicapai umumnya pada usia 13-16 tahun.
Secara syariah ketika seorang anak mencapai aqil baligh, maka berlakulah _sinnu taklif_ yaitu masa-masa pembebanan syariah. Artinya anak kita yang mencapai aqil baligh maka kewajiban syariahnya akan setara dengan kedua orangtuanya. Ketika itu anak-anak kita akan setara kewajibannya dengan kedua orangtuanya dalam shalat, puasa, zakat, haji, jihad, nafkah dan kewajiban sosial lainnya. Mereka telah menjadi manusia dewasa, yang memikul semua beban kewajiban seorang manusia dewasa.
Artinya pendidikan Islam sejatinya menyiapkan anak-anak Islam agar mampu menerima kewajiban syariah ketika mereka mencapai aqil baligh. Islam tdk mengenal konsep BALIGH belum AQIL dan AQIL namun belum BALIGH, alias remaja. Istilah remaja atau Adolescene bahkan tidak dikenal di seluruh dunia sampai abad ke 19.
Baligh (kedewasaan fisik biologis) mesti sejalan dengan Aqil (kedewasaan psikologis, sosial, syariah). Transisi menuju aqil baligh boleh, sepanjang tidak terlalu lama. Jadi home education mengantarkan anak agar sampai di waktu yang tepat. Ketika perkembangan sekunder (reproduksi) sudah dimulai, maka kedewasaan yang menjadi penjaganya.
Kita bisa saksikan bahwa anak-anak muslim generasi kini, mereka sudah baligh di usia 13-16 tahun, namun baru benar bisa mandiri di usia 23-26 tahun. Semua ulama Fiqh sepakat bahwa anak yang sudah aqil baligh (terutama pria) maka tidak wajib lagi dinafkahi. Jikapun masih dinafkahi, itu namanya shodaqoh karena statusnya adalah dewasa faqir miskin. Subhanallah, kita bisa bayangkan andai amanah Rasulullah SAW tentang pendidikan generasi aqil baligh ini dijalankan oleh ummat Islam. Terjadi percepatan peradaban yang luarbiasa. Kenakalan dan penyimpangan remaja yang menguras banyak tenaga, pikiran, air mata, nyawa dan bahkan kehormatan tidak akan terjadi. ZERO WASTE GENERATION. Itulah mengapa peradaban Islam dahulu excelent.
Para pemuda belia belasan tahun telah mencapai peran-peran peradabannya di usia aqil baligh. Karya-karya peradaban akan melimpah, bukan sampah-sampah peradaban. Apakah Allah SWT lalai ketika menjadi seorang pria mampu bereproduksi maka wajib berproduksi, yaitu memampukan dirinya mengemban amanah syariah dan peran peradabannya? Tentu tidak. Karena kelalaian dan “tidak paham” dalam mendidik anak sebelum aqil baligh, akhirnya generasi kita benar-benar jauh tertinggal dari pendidikan anak dalam islam sebenarnya.
Sepanjang sejarah manusia dalam peradaban apapun kita temukan bahwa kedewasaan sosial psikologis (aqil) umumnya dicapai pada saat kedewasaan biologis (baligh). Jika Allah SWT telah memberi kemampuan reproduksi (baligh) apakah Allah lalai bahwa anak-anak itu tidak mampu dewasa secara sosial psikologis (aqil)?
3. Era Revolusi Industri
Sejak Era Revolusi Industri yang menjadikan sebagian besar orang tua bekerja minimal 8 (delapan) jam sehari di luar rumah, menjadikan orang tua mengalihkan peran mereka pada orang lain, mensuplai makanan dan mainan yang berlebihan kepada anak, tontonan dan gaya hidup yang tidak sehat sehingga membuat kematangan biologis bertambah cepat, sementara kematangan mental bertambah lambat.
Rasul mengajarkan bahwa waktu setelah Isya adalah hak keluarga, yang kita sebut saat ini sebagai Family Time. Artinya tidak ada forum apapun setelah waktu sholat Isya. Kalau para sahabat saja bisa melakukannya, tentunya kita yang meyakini Rasul sebagai uswatun hasanah, Insya Allah bisa mewujudkan Khairu Ummah kembali di jaman ini. Permasalahannya bukan bisa atau tidak bisa, tetapi mau atau tidak mau, untuk itu terus semangat menggali mutiara-mutiara Islam yang terpendam, dan mengamalkan semampunya untuk generasi berikutnya.
Lalu apa ikhtiar kita sebagai orang tua agar Aqil dan Baligh pada anak terjadi bersamaan?
1. Mari kita kembali mendidik anak-anak di kehidupa dan realitas
2. Mari kita sedikit memiliki rasa tega (sebuah sikap tegas melaksanakan prinsip kedewasaan)
3. Mengajari anak bertanggungjawab
4. Berikan masalah agar anak dapat memecahkan masalahnya atau memikul beratnya kehidupan mulai usia 7 tahun
5. Selambat-lambatnya usia 15 tahun, ajari anak untuk mencari nafkah
#hari5
#gamelevel10
#tantangan10hari
#BunsayBatch5
#Sumatera1
#GrabYourImagination
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional